kriteria ospek pembodohan Ospek

Berikut ini adalah beberapa kriteria ospek pembodohan versi saya. Anda pun perlu tahu beberapa alasan kenapa ospek “pembodohan” harus dihilangkan dari sistem pendidikan di Indonesia.

  • Tugas/prakarya/kegiatan yang tidak sesuai dengan program studi, jurusan, minat, serta tidak memunculkan kreativitas. Khususnya tugas atribut ‘prakarya’, cocard, topi, tas, dsb. Tugas-tugas berlebihan juga tidak baik. Alhasil, biasanya malah akan mendzalimi fisik, diri, bahkan saudara, orangtua, bisa ikut terdzalimi secara tidak langsung. Kecelakaan, jatuh sakit, ternyata masih sering terjadi hingga ospek sekarang. Kalau sudah sakit, apakah bisa melanjutkan ospek?
  • Pemborosan uang
    Biaya masuk kuliah saja mahal, ditambah dengan biaya untuk ospek ini. Bahan-bahan atribut, dsb, bila dihitung-hitung, nominalnya bisa sampai puluhan juta rupiah. Dan itu semua akhirnya cuma menjadi sampah!
  • Adanya tekanan, ancaman, baik secara mental maupun fisik (kontak fisik, kekerasan, feodal, militer, tidak manusiawi) serta cemohan jikalau tidak ikut ospek. Pernyataan-pernyataan seperti: bila tidak ikut ospek, tidak bisa lulus kuliah, tidak bisa ikut organisasi/kepanitiaan tertentu, tidak bisa mendapat beasiswa, dsb sungguh menyesatkan dan merupakan unsur pembodohan juga. Saya masih ingat jargon sebuah BEM: “tidak pernah ada kasus tidak bisa kuliah gara-gara biaya”, lalu, apakah gara-gara tidak ikut ospek saja, kita tidak bisa lulus kuliah? Kalau ospek wajib, kenapa harus ada pendaftaran? Toh data-data bisa diambil dari data fakultas/universitas.
  • Adanya unsur skenario. Skenario, alur, dsb memang bisa memacu orang (peserta) agar lebih mudah paham materi, dipengaruhi, dsb. Tapi skenario juga tidak bagus, karena kemudian yang ada adalah sikap dan tindakan yang dibuat-buat oleh panitia sendiri. Kepalsuan. Parahnya, misalnya terkait tugas, tugas yang sudah baik (perfect, bahkan panitia sendiri tidak bisa membuat sebaik itu), disuruh mengulang terus-menerus, tidak ada reward maupun punishment. Jadi jangan salahkan kalau ternyata peserta ospek misalnya juga hanya berpura-pura, bohong, melakukan skenario sendiri, dsb.
  • Tidak ada keterlibatan langsung pihak fakultas/universitas dalam hal pengawasan. Selama ini nampaknya banyak terjadi ospek pembodohan karena tidak ada peran aktif pihak dekanat, fakultas, universitas dalam hal pengawasan ospek. Mereka hanya diminta mengisi sesi materi saja. Tapi di luar itu, mereka tidak tahu apa-apa yang dirasakan peserta ospek.
  • Ditambah pada 29 Agustus 2008: Adanya ‘pembenaran’ mengenai ospek tersebut. Dikatakan bahwa ospek tersebut memiliki banyak esensi, manfaat, dsb untuk masa depan di lingkungan yang baru. Saya katakan: “Ini jelas-jelas juga merupakan pembodohan!” Memang setiap hal yang dilakukan pasti ada esensinya. Ospek sampai mengakibatkan sakit, kecelakaan, bahkan kematian sekalipun, pasti akan ada esensinya! ‘Esensi’ bisa dicari-cari oleh panitia untuk dijadikan pembenaran.

Masih Kurang?

Baca artikel ini: 10 Alasan Mengapa Ospek Harus Dihapuskan Dari Sistem Pendidikan di Indonesia
Masih Kurang Lagi?
Baca artikel ini: Halo, Apa Kabar Ospek?

Rekomendasi Saya

Bagi Panitia:
Ingat-ingat kembali tujuan utama ospek. Evaluasi pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya. Ingatlah ketika Anda menjadi peserta dulu. Gunakan cara-cara yang intelek. Perbaiki dulu itu panitia, sebelum berkata-kata di depan adik-adiknya, sehingga tidak menjadi ajang kemunafikan juga. Jangan sampai kegiatan, tugas, peraturan, yang ada di ospek terlalu ‘hebat’, yang realitanya hal sedemikian berat, keras, dsb justru tidak terjadi di dunia perkuliahan nantinya. Reward dan punishment memang perlu, tapi sesuai sajalah.
Saya lihat sekarang ini banyak fakultas/universitas yang sudah cukup kreatif dalam ospeknya. Manusiawi, hemat, bermutu, kompak, mengembangkan kreativitas, bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, dan tentu saja tidak melupakan tujuan utama ospek: mengenalkan dunia kampus.
Jangan sampai kita menjadi bagian dari ospek yang dzalim!
Bagi Mahasiswa Baru:
Ikuti ospek. Amati dan awasi. Bila ada hal-hal seperti di atas dan atau bertentangan dengan hati nurani Anda, angkat tangan dan bicaralah. Lawan! dan jangan lupa gunakan prosedur yang baik (biasanya di ospek ada panitia pengawas, mahkamah, atau pengadilan khusus). Laporkan ke pihak fakultas atau universitas. Aksi, demo, turun ke jalan. Sampaikan melalui media massa.
Dunia mahasiswa pun juga nantinya akan seperti itu. Misal ada KKN (korupsi), penindasan, dsb, apa yang biasanya dilakukan mahasiswa: LAWAN!!! So, PERLAWANAN sendiri juga menjadi bagian dari ospek. Begitulah dunia mahasiswa nantinya.
Karakter mahasiswa: cerdas, berani, peka, kritis, dan peduli.
Saya sampai sekarang masih terhenyak tertegun dengan kalimat-kalimat dan nyanyian yang didengungkan oleh para mahasiswa ketika Reformasi 1998: menggaung dan membahana, menggerakan people power, sampai akhirnya mampu meruntuhkan benteng kedzaliman.
SUMPAH MAHASISWA INDONESIA
KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH
BERTANAH AIR SATU TANAH AIR TANPA PENINDASAN
KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH
BERBANGSA SATU BANGSA CINTA KEADILAN
KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH
BERBAHASA SATU BAHASA TANPA KEBOHONGAN
“Dibawah kuasa tirani
Kususuri garis jalan ini
Berjuta karib turun aksi
Bagiku satu langkah pasti”
SERUAN BERAKSI
Dengar! hai dengar! seruan beraksi
Untukmu segenap penegak reformasi
Bergerak bersama tuntaskan reformasi
Slamatkan rakyat negeri ini
Amanat pertiwi jangan dikhianati
Menanti reformasi dinanti
TOTALITAS PERJUANGAN
Kepada para mahasiswa yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan di persimpangan jalan
Kepada pewaris peradaban yang tlah menggoreskan
Kebuah catatan kebanggaan
Di lembar sejarah manusia
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta
Mari kita reformasi ospek! Hidup Mahasiswa! Jaya Indonesia!
Sumber: http://yohang.net/kriteria-ospek-pembodohan.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ESENSI,PROSES, DAN WILAYAH ADMINISTRSI PENDIDIKAN

PEMBELAJARAN DENGAN EKSPLORASI, ELABORASI, DAN KONFIRMASI